Minggu, 08 April 2012

Resensi Film: HEARTBREAK LIBRARY


      Ceritanya dimulai dengan menampilkan foto Eun-soo bersama seorang laki-laki yang wajahnya sengaja ditutupi kertas. Dari situ penonton sudah tahu kalau dia bermasalah atau malah sudah putus dengan kekasihnya.
Eun-soo adalah seorang librarian yang kemudian bertemu dengan Kim Jun-oh yang merobek setiap halaman 198 buku di perpustakaan tempatnya bekerja. Karena menganggap itu sebuah tindakan criminal, Eun-soo memanggil pihak keamanan. Sayangnya, penangkapan mereka berlebihan. Sampai-sampai hidung Jun-oh berdarah. Jun-oh merobek halaman tersebut karena tidak tahu kalau ternyata di perpustakaan itu ada fasilitas fotocopy.

      Hari berikutnya Eun-soo menempel kembali lembaran-demi lembaran buku yang sudah sobek dengan isolasi saat ada sebuah insiden. Dari insiden itu kemudian mereka punya kesempatan berbicara berdua dan menanyakan mengapa Jun-oh merobek hanya halaman 198. Jun-oh menyruhnya untuk tidak ikut campur tapi Eun-soo berkata kalau Jun-oh memang bukan orang aneh, dia pasti mau mengatakan alasannya. Walau awalnya enggan, Jun-oh pun kemudian menceritakan kalau pacarnya menulis sesuatu di halaman tersebut. Eun-soo lalu berkata mengapa dia tidak menanyakan langsung kepada kekasihnya buku mana yang dia maksud. Tapi Jun-oh berkata kalau dia sudah pergi. Eun-soo mengira kalau Jun-oh dicampakkan, seperti dirinya. Jun-oh kembali bercerita kalau kekasihnya itu sering meminjam buku di perpustakaan tempat Eun-soo bekerja. Karena itu dia kesana untuk mencari buku yang dimaksud. Eun-soo lalu menanyakan nama kekasih Jun-oh agar bisa membantu mencari tahu buku-buku apa saja yang pernah dia pinjam. Jun-oh yang mengetahui hal tersebut tersenyum senang karena ternyata ada cara yang lebih mudah untuk mengetahuinya.

      Mereka lalu kembali ke perpustakaan dan mencari tahu. Ternyata Suh Mi-kyung (nama kekasih Jun-ho) meminjam buku sebanyak 976 buku. Wow... Kemudian Eun-soo menawarkan bantuan kepada Jun-oh untuk mencari buku yang dimaksud semalaman karena esok hari adalah hari liburnya. Jun –oh pun berjanji akan menraktir Eun-Soo sebagai gantinya. Semalaman mereka mencari tapi baru bias menyelesaikan 1/3nya. Dan ketika Eun-soo masuk kerja, ternyata gossip tentang dirinya yang menghabiskan malam bersama dengan Jun-oh di perpustakaan menyebar. Selain itu, sambil bekerja ternyata Eun-soo tetap membantu mencari buku yang dipinjam Mi-kyung dan membuka halaman 198.

       Eun-soo ternyata punya kebiasaan menulis diary. Ketika temannya mencibir kebiasannya itu, dia hanya menjawa “You’ll never know the future, but the past never change” (Kau tidak akan pernah tahu masa depanmu, tapi apa yang ada di masa lalu mu tidak akan pernah berubah). I love this words. Dia pun meninggalkan temannya itu dan kembali ke kursi kerjanya. Di sana dia kembali bertemu dengan Jun-oh yang ingin mendaftar sebagai anggota perpustakaan. Sambil tersenyum dia memperlihatkan buku yang (menurutnya) merupakan buku yang selama ini mereka cari. Enu-soo hanya tersenyum kecil saat Jun-oh mengungkapkan alasan kenapa ia yakin kalau itulah bukunya.
       Kemudian ada adegan di mana Eun-soo melihat sahabatnya bertengkar dengan mantannya. Juga adegan hujan yang menunjukkan raut sedih Eun-soo dan Jun-oh yang menunggu di suatu tempat tanpa payung atau mantel dengan wajah penuh duka. Tempat apa itu akan ketahuan belakangan.
      Hari berikutnya Eun-soo bertugas untuk perpustakaan keliling. Di tempatnya parkir tanpa sengaja dia melihat dikejauhan Jun-oh yang dijemput dengan segerombolan orang berjas hitam. Mafia? Sepertinya begitulah pikiran Eun-soo.

      Jun-oh kemudian muncul dengan topi koki di sebuah acara makan malam. Ternyata dia adalah koki handal dalam masakan Jepang. Sayangnya, entah kenapa dia tidak sanggup memegang pisau dan menyerahkan tugasnya itu ke asistennya. Bisa ditebak akhirnya seperti apa?, kacau....
     Keesokan harinya Jun-oh kembali menemui Eun-soo. Eun-soo yang mengetahui kalau ternyata Jun-oh tidak berhasil menemui Mi-kyung pun berkata kalau sebenarnya dia sudah menduga hal itu akan terjadi. Saat Jun-oh mengatakan alasannya ketika memperlihatkan buku yang dia yakini adalah yang dia cari, Eun-soo sudah merasa kalau itu buku yang salah. Eun-soo kemudian bertanya mengapa Jun-oh tidak langsung saja ke rumahnya. Tapi Jun-oh bilang tidak tahu. Eun-soo terkejut dan berkata, “apa kalian benar-benar pacaran?”.
      Jun-oh bilang kalau rumah Mi-kyung di Chuncheon tapi Mi-kyung punya rumah di daerah sekitar. Hanya saja, dia tidak pernah mengantarnya sampai depan rumah. Eun-soo tidak percaya mendengarnya. Terpaksa, dia pun ‘mencuri’ data dari perpustakaan dan memberikannya kepada Jun-oh. Setelah memberikan alamatnya, Eun-soo berkata agar Jun-oh pergi menemuinya dan meminta kejelasan. “Hwaiting!”
      Tapi, ketika Eun-soo baru mau mengayuh sepedanya, Jun-oh menahannya. Dengan wajah memelas dia kembali meminta Eun-soo untuk menemaninya ke alamat tersebut. Dia menagih janji Eun-soo yang bilang ingin membantunya. Eun-soo menjawab kalau dia sudah membantunya. Kemudian dengan wajah memelas Jun-oh berkata kalau dia takut. Dia takut kalau Mi-kyung tidak akan mau menemuinya. Dan akhirnya...Eun-soo pun luluh. Dia pun bersedia menemani Jun-oh.

       Di stasiun kereta dia bertemu dengan mantannya. Dia menundukkan kepala untuk menghindar tapi mantannya itu melihatnya. Saat matanya Jun-Oh, Eun Soo hanya berkata kalau dia tidak mengenal Jun-Oh.
        Di atas kereta, Eun-soo minta maaf karena tadi berkata kalau dia tidak mengenal Jun-oh. Jun-oh hanya menjawab kalau Eun-soo memang tidak mengenalnya (hehe!). Eun-soo juga terus menerus menegaskan kalau dia mau menemani Jun-oh bukan karena dia tidak punya pekerjaan lain. Tapi itu karena dia kasihan dengan orang yang memelas bantuannya. Jun-oh sendiri meminta Eun-soo untuk berhenti memanggilnya “Ahjussi” karena dia tidak menyukainya. Eun-soo kemudian bertanya tahun kelahirannya. Saat mennjawab, raut wajah Eun-soo berubah dan kembali dia membela diri. Eun-soo berkata kalau ‘bukan tahun lahir yang menentukan umur seseornag, tapi wajahnya.” ^.^ (Saya suka scene ini. Itu karena mereka berdua punya ekspresi yang lucu dalam dialog-dialognya.)

       Eun-soo yang turun untuk membeli semacam kue saat kereta berhenti sebentar, terlambat menaiki kereta. Dia kemudian berlari sekuat tenaga untuk menngejarnya tapi dia terjatuh. Jun-oh yang melihatnya pun harus melompat turun dari kereta dan jadilah mereka menumpang kendaraan lain agar sampai ke alamat yang dituju. Saat harus berjalan kaki karena kendaraan yang mereka tumpangi harus pergi ke arah yang berebeda Eun-soo bertanya apa yang akan Jun-oh katakan saat dia bertemu Mi-kyung. Jun-oh hanya menjawab tidak tahu. Saat Eun-soo memaksanya untuk memikirkan apa yang akan dia katakana, Jun-oh hanya berkata ‘Take care’. Eun-soo terkejut. Dia berkata bahwa mereka jauh-jauh menempuh perjalanan hanya untuk mengatakan itu?

       Mereka tiba malam hari dan Eun-soo meninggalkan Jun-oh di dekat rumah Mi-kyung. Dia memutuskan pulang sendiri karena tidak ingin menunggu sampai urusan Jun-oh selesai. Mungkin lama....Ternyata tidak. Eun-soo yang sedang menelepon ibunya di telepon umum dihampiri oleh Jun-oh. Saat bertanya apa yang terjadi, Jun-oh menjawab kalau Mi-kyung dan keluarganya telah pindah dan tidak ada yang tahu. Untuk mengalihkan pembicaraan, Eun-soo kemudian menagih janji Jun-oh, makan malam. Tapi Jun-oh berkata kalau dia akan mentraktirnya begitu mereka kembali. Dengan menahan lapar, Eun-soo menurut saja. Di kereta pulang, Jun-oh tertidur di bahu Eun-soo.
      Begitu tiba, Jun-oh mengajak Eun-soo ke sebuah restoran Jepang. Saat sedang menunggu pesanan sedirian, Jun-oh muncul dengan pakaian kokinya. Eun-soo terkejut. “Jadi kau bukan mafia?” katanya. Jun-oh lalu mengambil pisau yang dipegang oleh asistennya. Dengan ragu, si asisten memberikan pisau itu. Ternyata dengan terampil, Jun-oh mengolah daging ikan di hadapannya menjadi makanan khas Jepang. Suasanya pun ceria. Jun-oh jadi sering tersenyum dan itu membuat wajahnya jadi lebih tampan dari sejak awal kemunculannya di film ini hehe....

PENDAPAT SAYA

Menurut saya film ini bisa di bilang romantis karena film ini menceritakan lali-laki yang ditinggalkan pacarnya karena kecelakaan dan dia hanya meninggalkan buku perpustakaan dan buku pada halaman 198. Dan lelaki itu saat dalam penyembuhan saraf nya karena kecelakaan dengan pacarnya dia termasuk hebat menurut saya, karena dia masih tetap me ncintai pacarnya. ceritanya Jun Oh itu punya masa lalu yang cukup berat. Film ini bagus dan bikin air mata mengalir...... Eun-soo seorang pustakawan menurut saya dia benar karena mau menegur dan melaporkan kepada petugas karena pengunjung yang bernama Jun-oh sia merobek setiap halaman 198. Namun setelah itu Eun-so juga mau membantu Jun-oh untuk mencari halaman 198 sampai-sampai mereka berdua di gosipkan di perpustakaan tersebut. Tapi ending nya menyedihkan ternyata wanita yang selama ini dicari sudah meninggal.... romantis, sedih... tapi tetep seru...Makanya kalian harus nonton film ini, kalau gak nonton pasti nyesel deh.....

Perpustakaan di Era Globalisasi

Dalam perkembangan zaman, insan manusia dituntut untuk mengimbangi dan mengikuti regulasi perkembangan teknologi. Tantangan zaman semakin berat bila tidak diimbangi dengan pengembangan pengetahuan melalui media penyedia informasi, salah satunya adalah perpustakaan.
Perpustakan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak dan atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007).  Di Indonesia yang berbudaya timur masih banyak didominasi dengan budaya lisan yang menyebabkan lemahnya dokumentasi sumber informasi. Dengan keadaan seperti ini, masyarakat seharusnya menyadari perpustakaan sebagai learning center. Pada kenyataannya, perpustakan seringkali ditempatkan hanya sebagai bagian (terkecil) atau hanya pendukung teknis dari institusi lain, seperti yang terjadi di perpustakaan sekolah atau perpustakaan rumah tangga. (Anonim, 2008: 23)
Realita bahwa perkembangan teknologi yang semakin maju sebagai sumber penyedia informasi sebagai contoh internet harus diimbangi dengan perkembangan perpustakaan yang berperan sebagai penyedia informasi di era global.

LANDASAN TEORI
Perpustakaan adalah tempat, gedung, ruangan yang disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku dan sebagainya. (Anonim, 2002: 912)
Anonim (2008: 51) bahwa pustakawan dalam menjalankan praktek kepustakaannya harus berkemampuan menguasai teknologi informasi yang sedang menjadi trend dunia (global).
Soekarman (2004: 4) bahwa pada dasarnya perubahan akan menimbulkan masalah, namun tujuan perubahan tentu saja sangat penting, Perpustakaan bisa diramalkan ada kecenderungan berubah dari layanan tradisional yang ditawarkan menuju ke pelayanan yang berbasis jaringan.
Tujuan utama sebuah perpustakaan adalah menyediakan layana akses informasi. Keberadaan perpustakaan sangat bermanfaat bagi pemikir, tetapi kebanyakan selalu terbentur masalah akuisisi, penyimpanan dan penanganan dokumen dan berkas-berkas sesuai kebutuhan. (Anonim,2008: 53)
Perpustakaan berdasarkan kegiatan berbasis teknologi dan bahab baku adalah perpustakaan kertas, terotomasi dan elektronik. Konsep perpustakaan elektronik sangat penting karena bahan pustaka berkembang dan tersedia dalam bentuk terbacakan mesin (machine-readable), pemakai akan berminat untuk mengakses akan tersedia. Secara spekulatif seseorang dapat menyeimbangkan antara bahan pustaka kertas dengan elektronik, atau bila dikehendaki, seseorang dapat mengubah menjadi perpustakaan tanpa kertas (paperless libraries). (Anonim, 2008: 57)
Pinfiled (2001) menyatakan pustakawan memerlukan ketrampilan campuran berupa hard skills seperti pengalaman teknis dan IT serta soft skills seperti keterampilan antar pribadi dan komunikasi.
Kepustakaan memiliki nilai abadi dan tujuan akhir yang abadi pula. Buku terkemuka yang menawarkan kepada kita bagaiman memandang, jalan baru yang memunjukkan kita untuk mencari sesuatu dan ide, buku tersebut adalah Redesigning Liberary Services. Jalan yang ditawarkan kepada kita yang dapat dipakai untuk melihat dan melakukan perbaikan perpustakaan dan pelayanan perpustakaan. (Michael Buckland, 1992)
Kemampuan dan karier mereka harus selalu dikembangka sebagaimana tersurat pada UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan pasal 31 ayat (1) bahwa tenaga perpustakaan (termasuk pustakawan) berhak atas: penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial, pembinaan karier sesuai dengan tuntunan pengembangan kualitas, kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas perpustakaan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas. (Anonim, 2008: 107)

PEMBAHASAN
Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi, perpustakaan diharapkan mampu untuk bersaing dalam penyediaan informasi. Dewasa ini banyak sumber yang dapat menggeser peran perpustakaan antara lain dengan adanya internet yang dapat memanjakan para pencari informasi dengan akses yang cepat. Perlu kita ketahui, daya ingat manusia terbatas, keadaan seperti ini yang menguatkan keberadaan perpustakaan yang dapat mendokumentasikan informasi-informasi yang dibutuhkan. Dalam persaingan layanan perpustakan, tidak hanya dibutuhkan bangunan fisik dan aktifitas-aktifitas keilmuan dalam perpustakaan, tapi bagaimana kita menciptakan perpustakaan yang menjadi primadona para pemburu informasi.
Jika fungsi perpustakaan tidak mengimbangi perkembangan teknologi akan tergeser lambat tahun dengan internet. Solusi yang dapat kita ambil adalah bagaimana mewujudkan perpustakaan masa depan. Perpaduan perpustakaan terotomasi dan perpustakaan elektronik menjadi solusi mewujudkan perpustakaan masa depan.
Perpustakaan terotomasi teknik oprasionalnya menggunakan komputer dan bahan pustakanya menggunakan kertas. Kelebihannya yaitu data-data dapat didokumentasikan mengingat daya ingat manusia terbatas dan sewaktu-waktu bisa dibaca kembali. Kelemahannya adalah akses datanya kurang cepat, keadaan ini dapat didukung dengan perpustakaan elektronik yang mempunyai keunggulan bahan pustakanya adalah media elektronik yang akses datanya cepat. Perpaduan perpustakaan terotomasi dan elektronik akan menjadi menjadi sebuah perpustakaan yang apik.
Perpustakaan membutuhkan tenaga kerja yang dapat mendukung peran perpustakaan, salah satunya adalah pustakawan yang   mempunyai kompeten dalam bidangnya. Untuk menciptakan tenaga kerja yang berkualitas, dibutuhakan keahlian soft skill, hard skills dan pendidikan profesi bagi pustakawan untuk meningkatkan profesionalitas pustakawan ini sebagai aplikasi dari kebijakan pemerintah dalam UU No. 43 tahun 2007 tentang perpustakaan pasal 31 ayat (1). Perpustakaan dalam negeri mempunyai peluang untuk lebih berkembang karena dari pemerintah pusat sudah mengeluarkan undang-undang nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan dan peran semua lapisan masyarakat sebagai user.




8 komentar:

Marchingdise mengatakan...

menarik nih kayanya
kalo boleh dibagi filmnya bang, belom nonton soalnya:D

Taulani mengatakan...

waoo...waoo...waooo... ok juga nih film nyaa...
bsuk layar tancap dulu ae biar lebih paham filmnya,,,
heheheeee

AI mengatakan...

ceweknya cantik :genit:

New Information mengatakan...

aku pengen nonton gan. kei sekk

Librarian Blog mengatakan...

tes...tes...

jenonk mengatakan...

like this yo....

Librarian Blog mengatakan...

@tetuko -oke bang
@taulani -siap bang
@purwanto -iya cew na cantik
@new information -oke gan
@jenonk -oke brow...

Librarian Blog mengatakan...

makasih smua sudah mau mampir...