Minggu, 27 Mei 2012

Filosofi Perpustakaan


Filosofi perpustakaan merupakan sebuah landasan atas suatu tindakan untuk membangun, membentuk, menyelenggarakan, mengembangkan dan memberikan layanan perpustakaan. Dalam tataran filosofis ini biasanya dikaitkan dengan sejumlah pertanyaan yang mendasar tentang sebuah perpustakaan perlu dibangun, apa tujuannya, siapa yang membangun dan bertanggung jawab memelihara, membina dana mengembangkan, siapa yang akan menggunakan, siapa pihak-pihak yang terkait, dan kelangsungannya ke masa depan? Kedua, bagaimana tata cara membangun, menyelenggarakan, menyiapkan segala sesuatu, memberdayakan sumber daya perpustakaan, memberikan layanan dan mempertahankan eksistensi
perpustakaan. Kedua pertanyaan tersebut harus mendapatkan jawaban yang jelas dan pasti, sehingga tidak ada keraguan. Dalam analisis lebih lanjut kemudian dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang disebut 5 W 1 H questions. Secara garis besar 5 W adalah (1)  what (apa), jawabanya adalah perpustakaan sebagai sumber informasi, pusat sumber belajar, rekreasi, penelitian dan pelestarian khasanah budaya bangsa; (2) where (di mana), jawabanya di tengah lingkungan masyarakat sesuai dengan jenisnya dan masyarakat yang akan dilayaninya; (3) when, artinya kapan hal itu dilakukan, jawabanya ketika dalam kehidupannya masyarakat yang bersangkutan sudah memerlukan atau membutuhkan sudah memerlukan atau membutuhkan layanan perpustakaan; (4) why maksudnya mengapa, dengan jawabannya karena masyarakat sangat membutuhkan layanan perpustakaan, dan (5) who, siapa yang mesti melakukan pembangunan sebuah perpustakaan, jawabanya adalah bisa bervariasi, yaitu pemerintah sebagai regulator dan penyelenggara layanan publik dan melindungi kepentingan orang banyak, masyarakat secara bergotong-royong dan berswasembada, lembaga pendidikan dalam rangka memberikan fasilitas belajart-mengajar, sebuah unit kerj atau organisasi untuk menunjang pencapaian tujuannya, dan lain sebagainya. Sedangkan npertanyaan H adalah How, adalah bagaimana semuanya itu direncanakan, dikoordinasikan dalam satu wadah, digerakkan oleh mereka yang berada dalam posisi pimpinan, diawasi agar dapat berjalan lancar, dan wujudkan tidak sebatas angan-angan, serta dilaksanakan dengan sebaik-bainya. Perpustakaan sebagai sebuah lembaga menyangkut berbagai aspek dan komponen antara lain sumber daya manusia, sumber daya fisik, sumber daya finansial, sumber daya informasi, dan sumber daya lain yang diperlukan. Adapun pertimbangan yang paling mendasar adalah keputusan yang ditetapkan oleh pejabat atau orang-orang yang berwenang secara sah dan legal. Hal itu meliputi tiga hal utama, yaitu filosofis, sosiologis dan juridis.

Ketika sebuah perpustakaan sudah direncanakan denga matang dan selesai dibangun, kemudian bagaimana mengoperasikan dan mempertahankan. Karena sekali sudah dibentuk ada upaya memberdayakan dan memfungsikan sebuah kekuatan dan komponen kelembagaan secara optimal. Masyarakat yang sejak awal ditargetkan untuk menjadi pelanggan, konsumen imformasi dan pemakai harus terus “garap” agar tertarik , berminat, dan terbiasa berkunjung ke perpustakaan. Satu hal yang sangat penting adalah menjaga kelangsungan perpustakaan untuk seterusnya. Dalam pengertian mempunyai kinerja yang sehat dan mendapatkan citra yang positif di mata masyarakat.

Semua konsepsi dan pemikiran filosofis tersebut memerlukan suatu analisis dan kajian dengan pemikiran yang konstruktif, inovatif untuk mewujudkan suatu kehidupan bagi generasi dan masa depan yang lebih cerdas, kritis, sejahtera, dan bertanggung jawab. Hal itu hanya mungkin dan dapat diwujudkan dengan bekerja keras, tekun ulet yang tak mengenal lelah. Itulah proses kehidupan umat manusia dari waktu ke waktu dan dari generasi ke generasi berikutnya yang ditandai dengan pencapaian perubahan untuk menjadi yang tak pernag berakhir (never ending).

Sumber referensi:
S, Sutarno N. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta : Sagung Seto. 2006 


Tidak ada komentar: