Daya tarik karakter
dalam suatu anime, manga dan video game mampu membuat para penggemarnya
terkagum-kagum. Namun jika seseorang terobsesi dengan wujud karakter dalam
anime, manga dan video game, maka orang itu mengalami sindrom yang disebut nijikon. Nijikon merupakan
kependekan dari nijigen kompurekkusu (kompleks 2 dimensi) adalah istilah dalam
bahasa jepang yang digunakan untuk merujuk pada seseorang yang terobsesi atau
mempunyai rasa cinta kepada karakter dalam anime, manga dan video game, serta
figure boneka dari karakter tersebut.
Toshio Okada, seorang produser anime,
penulis, dosen dan juga co-founder serta mantan presiden perusahaan produksi
Gainax, dalam salah satu bukunya, Otaku
no Mayoi Michi (Lost Path Otaku) menggunakan kata nijikon pada orang yang
kurang popular dengan lawan jenis, yang dalam beberapa kasus disertai dengan
ketakutan dan kebencian terhadap
keberadaan manusia tiga dimensi (manusia nyata) baik dari jenis kelamin yang
sama maupun lawan jenis, juga memiliki sikap yang sulit bersosialisasi atau
didiagnosis sebagai Anthropophobia (takut pada orang atau masyarakat). Ketika
seseorang menjadi penderita nijikon yang parah, ia hanya merasakan perasaan
cinta terhadap karakter dua dimensi, dan sama sekali tidak menunjukkan minat
seksual terhadap orang nyata berjenis kelamin yang berlawanan. Perilaku seperti
ini jika diketahui oleh orang lain disekitarnya, maka ia seringkali dianggap
aneh dan diperlakukan seperti orang yang berkarakter cacat. Mengingat nafsu
pria terhadap wanit lebih besar darripada sebaliknya, nijikon lebih banyak
ditemukan dan lebih mudah “menyerang” pada kaum pria. Pria yang menderita
nijikon dapat memiliki perasaan jijik terhadap semua wanita nyata.
Pada
kalangan wanita, nijikon jarang sekali ditemukan mengingat wanita sebagian
besar lebih menggemari drama-drama yang melibatkan aktor pria tampan. Namun
kalaupun ada wanita yang menderita nijikon, cirri-cirinya tidak berbeda jauh
dengan pria yang menderita nijikon. Tidak semua otaku (penggemar anime, manga
dan game) itu nijikon. Otaku sendiri tidak pernah mengaku dirinya nijikon.
Otaku sendiri tidak pernah mengaku dirinya menderita nijikon. Sebaliknya,
mayoritas nijikon berasal dari kalangan otaku. Meskipun seseorang memiliki hobi
bersifat ilmiah maupun hobi otaku yang tidak memiliki kecenderungan nijikon,
tidak sedikit dari mereka yang didiskriminasi dan diberi label seperti itu.
Selain itu, hingga kini masih diperdebatkan apakah kecenderungan seseorang yang
terobsesi terhadap karakter seorang wanita cantik tiga dimensi yang
diproyeksikan dalam bentuk dua dimensi, seperti foto aktris/penyanyi idola yang
dibuat dalam bentuk bantal, poster, mousepad dll juga bisa disebut nijikon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar