Jumat, 25 Mei 2012

Nijikon



Daya tarik karakter dalam suatu anime, manga dan video game mampu membuat para penggemarnya terkagum-kagum. Namun jika seseorang terobsesi dengan wujud karakter dalam anime, manga dan video game, maka orang itu mengalami sindrom yang disebut nijikon. Nijikon merupakan kependekan dari nijigen kompurekkusu (kompleks 2 dimensi) adalah istilah dalam bahasa jepang yang digunakan untuk merujuk pada seseorang yang terobsesi atau mempunyai rasa cinta kepada karakter dalam anime, manga dan video game, serta figure boneka dari karakter tersebut. 

Toshio Okada, seorang produser anime, penulis, dosen dan juga co-founder  serta mantan presiden perusahaan produksi Gainax, dalam salah satu bukunya, Otaku no Mayoi Michi (Lost Path Otaku) menggunakan kata nijikon pada orang yang kurang popular dengan lawan jenis, yang dalam beberapa kasus disertai dengan ketakutan  dan kebencian terhadap keberadaan manusia tiga dimensi (manusia nyata) baik dari jenis kelamin yang sama maupun lawan jenis, juga memiliki sikap yang sulit bersosialisasi atau didiagnosis sebagai Anthropophobia (takut pada orang atau masyarakat). Ketika seseorang menjadi penderita nijikon yang parah, ia hanya merasakan perasaan cinta terhadap karakter dua dimensi, dan sama sekali tidak menunjukkan minat seksual terhadap orang nyata berjenis kelamin yang berlawanan. Perilaku seperti ini jika diketahui oleh orang lain disekitarnya, maka ia seringkali dianggap aneh dan diperlakukan seperti orang yang berkarakter cacat. Mengingat nafsu pria terhadap wanit lebih besar darripada sebaliknya, nijikon lebih banyak ditemukan dan lebih mudah “menyerang” pada kaum pria. Pria yang menderita nijikon dapat memiliki perasaan jijik terhadap semua wanita nyata. 

Pada kalangan wanita, nijikon jarang sekali ditemukan mengingat wanita sebagian besar lebih menggemari drama-drama yang melibatkan aktor pria tampan. Namun kalaupun ada wanita yang menderita nijikon, cirri-cirinya tidak berbeda jauh dengan pria yang menderita nijikon. Tidak semua otaku (penggemar anime, manga dan game) itu nijikon. Otaku sendiri tidak pernah mengaku dirinya nijikon. Otaku sendiri tidak pernah mengaku dirinya menderita nijikon. Sebaliknya, mayoritas nijikon berasal dari kalangan otaku. Meskipun seseorang memiliki hobi bersifat ilmiah maupun hobi otaku yang tidak memiliki kecenderungan nijikon, tidak sedikit dari mereka yang didiskriminasi dan diberi label seperti itu. Selain itu, hingga kini masih diperdebatkan apakah kecenderungan seseorang yang terobsesi terhadap karakter seorang wanita cantik tiga dimensi yang diproyeksikan dalam bentuk dua dimensi, seperti foto aktris/penyanyi idola yang dibuat dalam bentuk bantal, poster, mousepad dll juga bisa disebut nijikon.

Tidak ada komentar: