Perpustakaan besar yang berada di Alexandria, Mesir (367-283 SM)
Menurut catatan sejarah umat manusia yang sempat terungkap
tentang keberadaan dan perkembangan perpustakaan menunjukkan bahwa perpustakaan
sudah ada sejak zaman kuno. Berikut ini adalah sejumlah perpustakaan yang
pernah didirikan oleh umat manusia. Perpustakaan yang paling awal pernah ada di
kota Ninive yang dibangun pada tahun sekitar 669-636 Sebelum Masehi (SM).
Kemudian perpustakaan yang memiliki sekitar 10.000 bahan pustaka, didirikan
pada masa kerajaan Babylonia dan Assyria. Sejarah tentang perpustakaan itu
terungkap berkat penelitian seorang arkeolog dan diplomat Inggris yang bernama
Sir Austen Henri Layard (tahun 1817-1894). Selanjutnya sebuah perpustakaan yang
terkenal terdapat di kuil Horus, Mesir, didirikan pada sekitar tahun 337 SM.
Koleksinya berupa gulungan papyrus berisi tentang astronomi, agama dan
perburuan. Sebuah perpustakaan yang sangat besar telah pula dibangun pada tahun
367-283 SM di Alexandria, Mesir. Tokoh pendirinya adalah Ptolemeus I, dengan
koleksi sekitar 400.000 naskah. Di Asia Kecil juga telah didirikan perpustakaan
Pengamun dengan koleksi kurang lebih 200.000, yang dibangun oleh Raja Rumenes
II. Perpustakaan itu merupakan pusat ilmu pengetahuan masa kerajaan tersebut.
Pada masa Yunani Kuno, perpustakaan pertama kali didirikan
oleh Pisistratus, pada abad ke 6 SM. Pada periode selanjutnya orang-orang
Athena sudah mulai memiliki koleksi buku-buku pribadi. Ketika tokoh filsafat
Aristoteles hidup (384-322 SM) sempat membangun sebuah perpustakaan yang ia
maksudkan sebagai pusat penelitian dan pendidikan pengikut-pengikutnya. Pada
masa Romawi kuno, ketika Yulius Caesar (100-44 SM) berkuasa, telah mendirikan
perpustakaan. Saat itu bahan penulisan buku disebut codek dan perkamen. Koleksinya berupa karya-karya sastra dan
naskah-naskah ilmu pengetahuan, termasuk pengetahuan agama, yang akan disebar
luaskan ke negara-negara jajahannya. Kemudian pada awal abad pertengahan,
seorang biarawan bernama Cassiodorus, sekitar tahun 476-583 M, ketika Kaisar
Theodorus berkuasa, telah mulai meletakkan dasar-dasar peraturan untuk merawat,
mengelola dan melestarikan buku-buku. Koleksi tersebut kebanyakan tentang karya
sastra, klasik, agama, hukum gereja, dan kitab suci. Semua koleksi tersebut
mulai disusun dengan baik dan menggunakan aturan perpustakaan.
Perpustakaan Universitas Oxford
Ketika masa reformasi dan Renaisance tiba, yakni ketika zaman
kebangkitan Yunani-Romawi, telah banyak karya sastra yang dikembangkan kembali.
Orang-orang kaya berniat memiliki koleksi buku-buku pribadi, sebagai lambang status
pendidikan dan status sosial mereka, sehingga kebutuhan buku-buku meningkat.
Kertas sebagai bahan utama pembuatan buku telah ditemukan oleh bangsa Cina
sekitar tahun 105, dan dibawa ke daratan Eropa pada abad ke 12. Pada tahun
1400-1468, seorang berkebangsaan Jerman, bernama Johann Gutenberg menemukan
mesin cetak. Berkat penemuan itu kemudian berkembang penerbitan buku-buku yang
berdampak kepada perkembangan ilmu pengetahuan dan perpustakaan. Oleh karena
itu pada abad ke 16 dan 17 telah terbit majalah dan surat kabar. Buku-buku
dicetak dan diterbitkan dengan perwajahan yang menarik dan harga tidak terlalu
mahal. Kemudian pada abad ke 19 telah ditemukan cara penggunaan klise dan
silinder. Penemuan tersebut telah memacu dan mendorong perkembangan dunia perbukuan
yang berperan besar dalam sistem kehidupan manusia sebagai alat komunikasi dan
informasi ilmu pengetahuan. Kemudian perpustakaan bermunculan dengan cepat
dihampir seluruh daratan Eropa. Di Vatikan, perpustakaan yang sudah mulai
didirikan dan dikembangkan sejak abad ke 4 M segera menjadi perpustakaan yang
berkembang pesat. Di Perancis dikenal Bibliotheque Nationale yang pada awalnya
koleksinya berasal dari milik pribadi raja-raja Perancis. Di Inggris dikenal
perpustakaan Universitas Oxford dan Cambridge, dan juga British Museum yang
kemudian menjadi perpustakaan nasional.
British Museum
Sementara itu kemampuan dalam menulis dan membaca yang telah
ditunjukkan dan diwariskan nenek moyang sebagaimana yang terhimpun dalam
koleksi naskah-naskah kuno seperti Hikayat Hang Tuah Jawi dari Jawa, dan La
Galigo dari Makasar. Naskah-naskah itu ditulis berabad-abad yang lalu sebagai
hasil kreativitas para pendahulu kita yang ditulis dalam berbagai media seperti
daun lontar, kulit kayu, dan tulang dengan huruf Arab, Melayu, Sunda, Jawa,
Bugis dan sebagainya. Naskah tersebut mengandung informasi tentang hikayat,
babad, silsilah dan berbagai informasi mengenai kehidupan masa silam, mengenai
peradaban bangsa kita dimasa lalu. Hal tersebut menunjukkan bahwa nenek moyang
kita dulu telah memberikan teladan dalam budaya menulis dan membaca. Pernyataan
tersebut disampaikan Presiden RI pada sambutan Pencangan Gerakan Pemberdayaan
Perpustakaan di Masyarakat.
Sumber
referensi:
S, Sutarno N. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta : Sagung Seto. 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar